Apa Itu: Pro[j]ek Mimpi

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Selama mimpi ngga harus dibeli, jangan takut rugi menaruh hati pada keyakinan diri. Yakini dan miliki! |a reality book and workshop project by Bernadette Irene @blessedirene - seorang penulis kertas dunia maya,metalhead dan bekerja untuk tujuan kemanusiaan Motor penggerak kami adalah: ANDA dan jutaan pemimpi-pemimpi besar lainnya yang menginspirasi kami. Mari bermimpi - karena tidak ada mimpi yang kembali dengan sia-sia. Awal mewujudkan mimpi adalah dengan menuliskan mimpi itu sendiri. Kirimkan tulisan berisi mimpi kalian dalam format digital (.doc, .rtf atau .txt) ke projekmimpi@gmail.com Tulisan yang paling unik, inspiratif dan membawa motivasi bagi banyak orang akan dibukukan dalam "Pro[J]ek Mimpi" dan selanjutnya dipresentasikan ke dewan publik yg terdiri dari orang-orang awam,publik figur dan juga calon sponsor yang boleh jadi menjadi salah satu jalan untuk membantu mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Tidak ada batas waktu pengiriman tulisan. Mari bermimpi dan retaskan mimpimu dalam deretan aksara!

Kamis, 03 November 2011

Bebas Bertemu Jerat


Saat Kenyataan Harus Pergi dari Zona Nyaman
Saya menemukan gamer super bernama lengkap Yoga Wisesa ini dari situs jejaring sosial di tempat saya bekerja. Entah mengapa, ada keyakinan bila anak muda ini hebat! Benar saja, dari yang tadinya hanya berkicau-kicau di halaman virtual kini menjadi teman kerja di kubikal beda satu blok dari tempat saya menulis catatan pendek ini.

Adalah suatu keajaiban ketika orang tua memangku balita untuk bermain SimCity 2000. Tak hanya itu, rasanya jarang menyimpan koleksi game seperti Leisure Suite Larry versi ORIGINAL. Gila, ini gila batin saya ketika membaca komentarnya di sebuah postingan.

Hebatnya, bila kebanyakan gamer hanya sibuk berkutat di depan layar lain halnya dengan sosok gamer [yang selalu ingin dibilang geek] ini yang sangat hobi dengan novel-novel luar dengan ketebalan ampun-ampunan.  Walaupun ini diakuinya tidak membuat kemampuan akademis mengalami peningkatan signifikan.

Kehidupan masa remaja tanggung turut mengantarkannya mengenal olahraga ekstrim yang sangat saya gilai di masa 'muda' : Skateboarding. Kultur rebellion yang begitu lekat dengan musik tensi tinggi. Speed dan gaspol pokoknya.

Tak lengkap bila rebellion tanpa kenakalan. Dari 'sekedar' mengerjai komputer lab dengan program sederhana yang  membuat orang satu sekolah harus menekan enter 1 JUTA kali.

Namun tak ada yang lebih gila ketimbang menyimpan CD Porn game di dalam Al Quran saat razia di sekolah menyergap tiba-tiba. "Setelahnya lolos, tapi seolah neraka menanti di depan saya," kata pemuda yang nyaris tidak pernah absen menjalankan 5 waktu meski berbagai game menggoda untuk dimainkan tanpa jeda.
Menginjak bangku kuliah di bidang desain grafis memperkenalkannya pada suatu bentuk kebohongan baru.
Iklan yang terpampang mewah di billboard jalanan, menghiasi halaman-halaman majalah atau jeda siaran televisi.  Sementara dunia tulisan dan jurnalistik dinilainya sebagai salah satu bentuk objektivitas.

Dunia yang tadinya nampak begitu sempurna dari keluarga hingga pendidikan mendadak terjungkir balik ketika sang Ayah tercinta yang memperkenalkannya ke dunia PC gaming mendadak dipanggil sang kuasa. Tanpa sakit dan kembali kepadaNya meninggalkan dua anak yang masih belum selesai kuliah dan seorang istri.

Era kehidupan santai-santai sembari menikmati kebebasan menjadi mahasiswa sontak menjadi berubah lantaran harus menjadi kepala keluarga yang harus menghidupi 3 orang. Sang ibu dilarangnya bekerja dengan alasan "Sudah, sudah cukup banyak pengorbanannya. Biarkan dia menikmati hidup,".

Namun Boss of The Universe memang tak pernah tidak adil. Tak lama berselang tawaran kerja di salah satu perusahaan industri IT terkemuka [Prolink-red] menawarinya posisi Assistant of Art Director. Sebuah posisi yang sangat mewah untuk seorang pemuda berusia di awal 20-an. Itulah awalnya menangkap sisi "Dunia yang Berbeda".

Lagi, cita-citanya menjadi jurnalis masih menggebu. Saat itu kantor saya [PCGamer-red] sedang mencari pengganti kekosongan kursi editor dan desainer. Setelah berkali-kali menseleksi orang dan tidak menemukan figur yang cocok, saya mencoba menghubungi Yoga.  Tak diduga dia sangat tertarik dan segera menjalani proses seleksi.

Baginya, ini adalah salah satu pencapaian dari mimpi masa kecilnya. Ingin dikenal orang sebagai seorang yang memberikan kontribusi di bidang gaming. Media massa adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mewujudkan mimpi itu.
 

Sementara mimpi masa depannya? Ia hanya menjawab, "Saya ingin jalan-jalan. Syukur-syukur bisa seperti Bruce Perry atau Simon Reeve yang buat saya adalah pahlawan jurnalisme," tutupnya seraya tersenyum malu-malu.