Rajutan Mimpi Kuli Tinta Wanita
Siapa yang mau lahir tak diinginkan? Dibesarkan dengan keluargan militan dan terasing dari teman-teman. Perasaan tertekan dan hati yang tak karuan bercampur menjadi satu. Inilah yang dialami seorang Irmalida Arni di masa masih menjadi seorang gadis kecil. Namun dari sinilah, Irma tanpa dirasa meniup gelembung mimpi.
Muncul ke dunia di sebuah kota kecil yang tiga puluhan tahun lalu masih belum terkena modernisasi ketimbang ibukota. Dihadapkan dengan kenyataan bila keluarga memiliki pengharapan agar memiliki keturunan kaum Adam dan ternyata berbalik arah tidak meredam didikan militan.
Sapuan ikat pinggang hingga benda-benda keras lainnya sudah menjadi makanan keseharian. Tak ada mainan khas perempuan, mencoba membuat Irma kecil lupa bila dirinya masih seorang yang memiliki sisi kelembutan dan gemulai kewanitaan.
Hitung-hitungan menjadi pelajaran yang tidak menyenangkan ketika ia masih berseragam putih merah. Pembagian menjadi simbol yang mengerikan bak mata setan. Semua terjadi lantaran didikan penuh ketegasan yang sayangnya berbuah pada ketakutan.
Seragam putih merah berganti menjadi putih biru. Namun warna kehidupan belum kunjung berubah. Dibesarkan dengan kultur menjadi seorang lelaki menjadikan Irma serasa terbius musik-musik yang tidak biasa dinikmati kaum hawa. Pertemananpun tak seperti kebanyakan teman seusianya berawal dari kenyamanan berteman dengan lawan jenis.
Sayang, ketika sekali dipertemukan dengan seorang sahabat wanita, tanda silang terbentang. Kehidupan generasi muda yang bebas lepas membuat kerikil tajam harus diinjaknya. Meski perih, bibir hanya mampu bersuara lirih, sementara raga hanya bisa menahan rasa.
Hidup boleh jadi berwarna hitam, namun siapa sangka kembang merah jambu menjadi penghias? Masa-masa berseragam putih abu menjadi awal berkenalannya Irma dengan percintaan yang tadinya serasa tabu. Namun setelah harus menginjak kerikil bersama teman wanita, kini harus tersedak duri lantaran bermain perasaan dengan kaum Adam.
Namun pencipta kehidupan akan selalu adil. Ditiupkannya kebisaan merangkai kata pada Irma dan mading sekolahan sukses menjadi tontonan banyak orang. Dari sinilah, pisau terasah sendirinya dan mengantarkannya meraih pengharapan kehidupan.
Penguasa semesta memang bukan seorang yang pelit berbagi. Dipercayakannya kemampuan berdagang pada Irma dari mulai berdagang ‘amunisi perang’ hingga pewangi badan. Kecintaannya akan musik merasuk dalam bakat dagangnya di toko virtual Bakul Metal.
Kecintaan pada deruan distorsi dan hingar bingar yang menghantarkannya menjadi salah satu figur penting dari jalur distribusi alat-alat musik berbagai merek kenamaan. Tanpa perlu menghapus kegemarannya dengan dunia tulis menulis dan jurnalistik [terwadahi lewat Dapur Letter dan Music For Life]. Hingga akhirnya band rock nasional legendaris [ROTOR-red] meminangnya. Semuanya tak pernah dibayangkan Irma ketika masih berjibaku dengan pukulan-pukulan dan takutnya pada hitung-hitungan. Namun boleh jadi pencapaiannya adalah mimpi orang-orang terdekatnya, juga pengharapan publik yang mengenalnya. Dentuman Cannibal Corpse dan Suffocation jelas menjadi roket peluncur semangatnya dan pemikiran-pemikiran hebatnya nampak tercermin dari suapan ilmu Karl Marx, Kottler dan sang ayah.
Emak metal dua anak ini [penguasa jagat raya memberikan ASI yang berlimpah sehingga anak-anaknya mendapat ASI eksklusif selama 3 tahun, meski kesibukan terus menderanya dan pencapaian ini adalah buah salah satu mimpinya] mengaku tidak mau kembali ke masa manapun dari kehidupannya sekarang. Namun bila diberi kesempatan untuk mengulang hidup, Irma ingin menyapu semua ‘kotoran’ yang menempel erat di perjalanan hidupnya. Keyakinan akan mimpi masa depan dipupuknya dari semangat menanam dan menuai. “Apa yang ditanam, itulah yang akan kita tuai”, sama halnya dengan mimpi yang ditanam dan berbuah kenyataan masa depan.