Apa Itu: Pro[j]ek Mimpi

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Selama mimpi ngga harus dibeli, jangan takut rugi menaruh hati pada keyakinan diri. Yakini dan miliki! |a reality book and workshop project by Bernadette Irene @blessedirene - seorang penulis kertas dunia maya,metalhead dan bekerja untuk tujuan kemanusiaan Motor penggerak kami adalah: ANDA dan jutaan pemimpi-pemimpi besar lainnya yang menginspirasi kami. Mari bermimpi - karena tidak ada mimpi yang kembali dengan sia-sia. Awal mewujudkan mimpi adalah dengan menuliskan mimpi itu sendiri. Kirimkan tulisan berisi mimpi kalian dalam format digital (.doc, .rtf atau .txt) ke projekmimpi@gmail.com Tulisan yang paling unik, inspiratif dan membawa motivasi bagi banyak orang akan dibukukan dalam "Pro[J]ek Mimpi" dan selanjutnya dipresentasikan ke dewan publik yg terdiri dari orang-orang awam,publik figur dan juga calon sponsor yang boleh jadi menjadi salah satu jalan untuk membantu mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Tidak ada batas waktu pengiriman tulisan. Mari bermimpi dan retaskan mimpimu dalam deretan aksara!

Minggu, 06 November 2011

Menutup Tanpa Ditutup-tutupi [Dewi 'Iwed' Andriani]

Tamparan Mimpi dari yang ke Dua Puluh Lima
Tik, tik, tik, jarum jam terus berdetik menjelang pergantian hari. Sepi, mayoritas penghuni bumi tengah bermimpi dan kami merajutnya. Inilah, pemimpi dahsyat ketiga yang rela meretas malam menanti pagi untuk berbagi mimpi [indah] dan [besar]. Hijaber muda ini muncul ke dunia dengan nama Dewi Andriani, namun memilih untuk membalik nama depannya sendiri jauh sebelum pembalikan nama menjadi sebuah hal lumrah.

Tidak semua manusia mampu berada di 'tiga dunia'. Bahkan satu saja sudah cukup memusingkan. Berbekal mimpi hebat Iwed mampu menjalani tiga dunia (musik, budak kapitalis dan membina keluarga). Lebih hebatnya lagi, kesemuanya bisa dibaginya dalam kadar yang pas!

Masa kecil mama metal berusia belia ini boleh jadi 'hanya' sebelas dua belas dengan kebanyakan mereka yang lahir di pertengahan 80-90'an silam. Besar dengan suntikan keagamaan yang super kental, namun masih dengan segunung semangat perlawanan.

Menemukan diri memiliki bakat menarik suara sejak masih menjadi bocah [tanpa ingus]. Namun untuk urusan yang satu ini, kata hanya yang disebut sebelumnya tak berlaku. Musik-musik tensi tinggi mulai menjadi bahan konsumsi saat teman sepermainan masih sibuk berkutat dengan aneka jajanan.

Keterikatan dogmatik pada ajaran keagamaan membuat ia di masa  lekat dengan nafas religi. Mulai dari kewajiban lima waktu hingga melantunkan ayat-ayat suci setiap hari. Meski begitu, tak banyak [bahkan mungkin tak ada yang tahu] bila semua yang dijalaninya ketika itu hanyalah kosong layaknya sebuah tong bolong.

Peraturan ketat pastilah menimbulkan perlawanan. Di lingkaran normalnya, Iwed nampak menonjol dengan aksi 'ugal-ugalan'nya. Termasuk ketika segudang perkataan, permintaan hingga pemaksaan untuk menutup yang tidak selayaknya dilihat pada seorang muslimah menghampiri ketika ia masih berseragam putih biru.

Pencipta semesta memang kerap menyampaikan berita lewat mimpi. Salah satunya adalah mimpi Nabi Ibrahim yang harus menyembelih putranya Ismail. Mimpi jugalah yang 'menampar' penyuka segala sesuatu berbau gothic ini. Sang Nabi ke-25 menyambanginya dan melontarkan rangkaian pesan.  'Mimpi indah yang menyeramkan' ini membuat Iwed memutuskan untuk menutup seluruh bagian tubuhnya rapat-rapat.

Tak hanya ditampar di mimpi, di awal perjalannnya memutuskan untuk meninggalkan semua yang nikmat untuk dilihat, lingkungan turut memberikan tamparan hingga nafas nyaris tercekat.  Namun di titik terendah ini, Iwed menggeliat dan menebar bibit mimpi terdahsyatnya, pergi ke negara-negara di Eropa [yang melarang hijab] dan bertemu dengan hijaber-hijaber di sana untuk saling berbagi cerita, mengorek banyak mimpi mereka yang terpendam sebelum akhirnya merajutnya dalam balutan kumpulan lembaran.



Teriakan-teriakan Lacuna Coil, Unearth, Deftones, Within Temptation dan segudang 'kemarahan indah' yang kerap dilantukannya turut menjadi pemompa semangatnya menggapai mimpi. Dan tak hanya itu Iwed juga menyuarakan pergerakan lewat teriakan dan kritikan berkat kemampuan vokalnya, [mantan vox Gelap-red] dan kini tengah berencana membangkitkan kembali nyawa bermusiknya. Yang tadinya melawan karena takut gerah, kini menjadi gerah ketika sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban, bisa dijalankan dengan penuh kebebasan diputar balik menjadi tekanan bahkan ancaman.

Tak hanya sekedar meracau lisan, Iwed membuat gebrakan dengan menciptakan berbagai tutorial kreasi hijab yang hingga kini masih terus bermunculan di situs berbagi video yang bisa diunduh gratisan dan mengemasnya menjadi bukan sekedar tontonan namun juga menyuntikkan bius secara tak sengaja kepada banyak muslimah muda yang boleh jadi  masih mencari ribuan alasan untuk menunda. Dua elemen [video dan teriakan di panggung] adalah bagian dari gebrakannya. Masih merasa kurang, ia menuliskan banyak hal di halaman dunia maya [setelah sebelumnya pernah menjadi penulis untuk zine DapurLetter].



Semangat lainnya juga ditularkan melalui kesehariannya. Buahnya? Pekerjaan dengan posisi yang banyak diidamkan [menjadi Sekretaris Direktur perusahaan telekomunikasi terkemuka] dan keluarga kecil yang penuh dengan kehangatan. Semuanya bisa dilakukan tanpa perlu meninggalkan kesenangan.



Pemberontakan adalah bagian dari pergerakan. Tikaman-tikaman masa lalu berbuah menjadi kekuatan. Ketika yang dilakukannya banyak memberikan inspirasi dan mendatangkan kebaikan, tiga kalimat pendek"Dream Big, Start Small. Move Fast" adalah amunisi terampuh untuk meraih mimpi-mimpinya.